Kabar yang beredar lewat Blackberry Messenger maupun jejaring sosial
Twitter menyebutkan bahwa serangga tersebut memiliki racun yang 12 kali
lebih beracun dari kobra. Benarkah?
Menanggapi hal itu, pakar serangga Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI), mengatakan bahwa memang ada benarnya itu. Tapi racun
serangga ini targetnya berbeda dengan racun kobra.
Menurut mereka, racun kobra biasanya langsung menuju ke jaringan saraf
sehingga dampaknya bisa fatal. Sementara, racun kumbang Paederus hanya
menyerang bagian kulit.
Mereka juga mengimbau masyarakat agar tak terlalu panik sebab racun Tomcat
tak menimbulkan kematian. Racun “cuma” akan mengakibatkan kulit gatal,
melepuh seperti terkena luka bakar dan mengeluarkan cairan.
Kepada warga yang terserang, disarankanuntuk segera mencuci
bagian yang diserang dengan air sabun sehingga racun bisa sedikit
dinetralisir.
Untuk pengobatan tambahan, pilihannya adalah memakai salep
Hydrocortisone 1 persen, atau salep Betametasone dan antibiotik Neomycin
Sulfat 3 kali sehari, atau dengan salep Acyclovir 5 persen
Menurut saya, fenomena serangan Tomcat di berbagai daerah agak fenomenal.
Serangan serangga tersebut sebenarnya umum, tapi jumlah serangan tak
banyak di beberapa wilayah Indonesia.
Banyaknya serangan di berbagai daerah mungkin terkait dengan fase
pertumbuhan serangga pemakan daun yang menjadi makanan kumbang Paederus.
Masyarakat bisa mencegah serangan dengan memberikan perlakuan. Misalnya selalu
menutup jendela saat gelap sebelum menyalakan lampu. Pestisida alami
berbahan laos bisa dimanfaatkan jika sudah mendesak. Dan pembasmian Tomcat ini menggunakan pestisida sepertinya tidak seharusnya dilakukan karena
tentu akan mengganggu ekosistem. Dimana kita tahu bahwa serangga ini
adalah teman bagi petani karena membantu membersihkan hama wereng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar